pewarna akanan

-->
Pewarna  dan analisanya..
http://matoa.org/wp-content/uploads/2010/09/pewarna-sintetis3.jpg
       Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga, menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air.
       Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh (Anonim, 2008)
Macam Pewarna alami
Warna
Nama
No indeks nama
merah
Alkanat
75520
merah
Cochineal red (karmin)
75470
kuning
Annato
75120
kuning
Karoten
75130
kuning
Kurkumin
75300
kuning
Safron
75100
hijau
Klorofil
75810
biru
Ultramarin
77007
coklat
Kramel
-
hitam
Carbon black
77266
Hitam
Besi oksida
77499
putih
Titaniumm dioksida
77891

Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
  • Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
  • Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.
  • Warna biru : biru berlian

Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan.
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang tidak boleh ada.
Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut.
Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun. Anak-anak yang mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna buatan  itu selama bertahun-tahun lebih berisiko menunjukkan tanda-tanda hiperaktif. Selain risiko hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi anak (sekitar 0,1%) juga mengalami efek samping lain seperti: ruam, mual, asma, pusing dan pingsan.
Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan yang populer dan efek samping yang ditimbulkan:
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.
Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.
3.  Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.
4. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.
Tabel 1. Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.
No
Pewarna Sintetis
Warna
Mudah larut di air
1
Rhodamin B
Merah
Tidak
2
Methanil Yellow
Kuning
Tidak
3
Malachite Green
Hijau
Tidak
4
Sunset Yelow
Kuning
Ya
5
Tatrazine
Kuning
Ya
6
Brilliant Blue
Biru
Ya
7
Carmoisine
Merah
Ya
8
Erythrosine
Merah
Ya
9
Fast Red E
Merah
Ya
10
Amaranth
Merah
Ya
11
Indigo Carmine
Biru
Ya
12
Ponceau 4R
Merah
Ya

Ciri-ciri visual yang dapat digunakan sebagai patokan dalam memilih makanan di pasaran, adalah sebagai berikut :
Pewarna Alami :
1. Warna agak suram
2. Mudah larut dalam air
3. Membutuhkan bahan pewarna lebih banyak (kurang mampu mewarnai dengan baik)
4. Membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk
Pewarna Non Food Colour :
1. Warna cerah sekali
2. Tidak mudah larut dalam air
3. Membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi rendah sudah mampu mewarnai dengan baik.
4. Cepat meresap ke dalam produk
Kromatografi Kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. kromatografi kolom bertujuan untuk purifikasi dan isolasi komponen dari suatu campurannya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCygu70R0y_8rRyMue2EpUtOKbL6knst-uz_f6eL0cfiqvUEJtyjf3xpAvR5upZ3IhY5X0Yo-r-qmOplVsh9_VQ1SPoZYedTkKZiLg6x304pE8z9N7aTwDVpt3b6A16EOelfJ4Ytsf8Sw/s1600/lk.jpg
         Analisis uji kualitatif  dengan menggunakan Metode kromotografi kertas menggunakan benang wol
Prinsip
Penyerapan zat warna contoh benang wol dalam suasana asam dengan pemanasan, selanjutnya diidentifikasi dengan cara kromatografi kertas
Larutan  elusi I                    : Campuran perbandingan volume  n. butanol: asam asetat glasial : air =         4:5:1
Larutan elusi II                   : campuran perbandingan volume iso butanol: butanol: air = 3: 2: 2
Larutan elusi III    : larutan NaCl 2% dalam alkohol 50%
Larutan elusi IV    : campuran perbandingan volume etil metil keton : asetat :air =7: 3: 3
Larutan elusi V                      : campuran perbandingan volume n butanol: asam    asetat glasial :air= 4:2: 2,4
Larutan elusi VI    : campuran perbandingan berat fenol : air = 4 : 1
Larutan elusi VII   : campuran perbandingan volume etil metil keton : asetat : piridin : air = 11 : 5 : 5
Larutan elusi VIII : campuran perbandingan volume etil metil keton : aseton : air : amonia pekat = 3,5 : 1,5 ...
Larutan elusi IX    : encerkan 5 ml amonia pekat (Bj = 0,88) dengan air hingga 100 ml, tambahkan 2 gram trinatrium sitrat ke dalam larutan amonium tersebut
Cara kerja
Persiapan benang wol bebas lemak, Ekstrak / rendah benang wol dengan eter atau petroleum.
Penarikan warna dengan benang wol
Minuman tak beralkohol (misalnya minuman ringan)
  Minuman tak beralkohol umumnya sudah bereaksi asam, hingga dapat langsung dilakukan penarikan zat warna dengan benang wol. Jika reaksinya tidak asam, harus diasamkan sedikit dengan penambahan asam asetat atau kalium hidrogen sulfat (KHSO4). Contoh yang diperiksa 30 - 50 ml.
Minuman beralkohol (Misalnya anggur)
Didihkan dahulu untuk menghilangkan alkoholnya. Lalu periksa keasamannya. Jika perlu asamkan dengan asan asetat atau kalium hidrogen sulfat (KHSOn) dahulu, sebelum zat warnanya ditarik dengan benang wol. Contoh yang diperiksa 30 - 50 ml.
Makanan yang larut (misalnnya'selai, kembang gula, gula serbuk) Larutan dalam air, lalu periksa kesamannya. Jika perlu, asamkan dengan asam asetat atau kalium hidrogen sulfat (KHSO4). Contoh yang diperiksa 30 - 50 gram.

Makanan dengan komponen utama pati (misalnya roti, biskuit, kue – kue ‘’custard powder’', golede raising powder. Geruslah 10 gram contoh hingga rata dengan penambahan 50 ml larutan amonia 2% didalam etanol 70%. Biarkan untuk beberapa lama,
Labu pusingkan. Pindahkan cairan kedalam cawan poselin dan uapkan diatas penangas air. Larutkan residu dalam air yang telah ditambah sedikit asam asetat. Tarik zat warna dengan benang wol. Contoh yang diperiksa 20 gram.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguwSkmhw3Ekbo8ThrTsdq3imSHkhvsAfl5bqFh_hWTLvJ8O6ipb-PgpsayN1a4RxQjYJwF3RsPDw0B-90Q_NEFgELwpYOzSc7Yl9PwQZ8y0fLH4Y8IqfSvkiRCPbtzInfxRciqcABT6E0/s320/mn.jpg    kemudian dilanjutkan dengan ciplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas). 
    Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering.  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhBxBeEHULjEaK7B6fUCSuqSmvGydgz2cveZAqwBdslyameLj6JxpikPI8pULAs0yASh3FSZLMbw7yaA9Z4MmyHWBP1POwwdQP0u2xo5d4ZO5eynqkuS9R1DJ1CKsiT4Ow0KvuDHKJUbc/s1600/mm.jpg
     Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi-pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.
Sumber :
1.       SNI 01-2895-1992