Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot molekul minyak/lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek, akan mempunyai bobot molekul (Mr) kecil, sedangkan minyak dengan rantai karbon panjang akan mempunyai bobot molekul yang lebih besar. Minyak/lemak yang mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan mempunyai bilangan penyabunan yang relatif kecil.
Bilangan Penyabunan (Safonifikasi) adalah banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram minyak/lemak.
Adapun cara penentuannya adalah: 5 gram minyak ditimbang dalam labu erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkahol. Selanjutnya ditutup, dan dilakukan pemanasan secara refluk mendidih selama 30 menit), yang bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak Kemudian didingnkan dan ditambah indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, selanjutnya sisa HCl ditetrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai larutan berwarna merah jambu atau tepat warna merah hilang. Lakukan perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir Titrasi Tepat warna merah hilang (merah Muda).
Dasar Analisa Bilangan Penyabunan (Metode Alkalimetri)
Mengenai dasar analisa penetapan Bilangan Penyabunan lemak metode Alkalimetri yang digunakan ada beberapa langkah/tahapan sebagai berikut:
1.Penimbangan sampel 1,5 – 5 gram sampel ditimbang dalam labu erlenmeyer yang bersih dan bebas minyak/lemak dengan teliti.
2.Hidrolisa/Penyabunan
Sampel yang telah ditimbang ditambah 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol kemudian dipanaskan secara refluk selama 30 menit, tahapan ini bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak.
3.Titrasi
Sisa KOH yang mempersabunkan minyak/lemak didinginkan dan ditambah dengan larutan indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, lalu dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai mencapai Titik Akhir Titrasi dari merah menjadi merah jambu atau tepat warna merah hilang.
Lakukan perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir Tetrasi Tepat warna merah hilang (merah muda).
Rangkuman Materi
1. Minyak adalah senyawa Ester tri glisirida yang terbentuk dari reaksi antara Alkanol trivalen (Gliserol) dan Asam Lemak.
2. Asam lemak penyusun minyak/lemak ada dua jenis yaitu Asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
3. Asam lemak jenuh sebagian besar terdapat dalam bahan hewani, sedangkan asam lemak tak jenuh terdapat dalam bahan nabati.
4. Penyebab terjadinya rancidity adalah adanya asm lemak tak jenuh yang mengalami adisi terhadap oksigen.
5. Apabila minyak ditambahkan dengan basa kuat maka akan terbentuk Sabun (Safonifikasi).
6. Salah satu diantara parameter penentu mutu minyak adalah Bilangan Penyabunan.
7. Langkah penetapan/analisa Bilangan Penyabunan adalah:
a. Penimbangan sampel
b. Hidrolisa/penyabunan dengan pemanasan secara reflux
c. Pendinginan
d. Penitaran.
8. Titik Akhir Titrasi yang digunakan sebagai kriteria penitaran sisa KOH terhadap HCl adalah ditandai dengan perubahan warna dari merah ke merah jambu atau tepat warna merah hilang.
9. Apabila asam lemak penyusun dari minyak mempunyai bobot molekul kecil, maka Bilangan Penyabunan menjadi besar dan sebaliknya apabila bobot molekul asam lemak besar, maka Bilangan Penyabunan Kecil.
10. Proses penyabunan dapat terjadi asam lemak jenuh (lemak dari bahan hewani )maupun asam lemak tak jenuh (minyak dari bahan Nabati).
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan.Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Depkes RI, 2000).
Garam yodium diharuskan dikonsumsi seluruh penduduk baik di daerah endemic maupun di daerah bukan endemic Konsumsi garam yodium rata-rata per orang per hari 10 gr dan kebutuhan ion yodium sebesar 150-200 mikrogram per orang per hari bila konsmsi rata-rataBatas maxsimal konsumsi ion yodium yang dapat di toleler oleh tubuh adalah 2.000 mikrogram per orang per hari.Bila konsumsi rata-rata 25-60 ug seseorang sehari, akan terdapat kasus goiter, tetapi tidak banyak terlihat kasus cretinism.Fungsi Garam BeryodiumGaram Beryodium berfungsi sebagai berikut :- mencegah terjadinya penyakit gondok (GAKY)- mencegah pertumbuhan kerdil (creatinisme)- meningkatkan kecerdasan otak- mencegah penurunan dini fungsi tubuhCiri-ciri Pemilihan Garam Yang Baik di Pasaran- Berlabel mengandung yodium- Berwarna putih bersih.- Kering- Kemasan baik / tertutup rapat.Cara mengetahui kadar yodium dalam garamUntuk mengetahui kadar iodium dalam garam dapat dilakukan oleh pengetesan yang dapat dilakukan siapa saja dengan cara : a. Dengan Yodida / Test KitCaranya:1) Ambil 1 sendok teh garam, lalu tetesi dengan cairan yodida.2) Tunggu beberapa menit sampai terjadi perubahan warna pada garam dari putih menjadi biru keunguan (pada garam beryodium).3) Bandingkan dengan warna yang ada pada kit yang tertera pada kemasan. Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang merupakan padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis dan apabila mengandung MgCl2menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH ( bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.Garam KonsumsiGaram konsumsi merupakan jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97 % atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impuritis (sulfat, magnesium dan kalsium)sebesar 2%, dan kotoran lainnya (lumpur, pasir) sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawaten ikan .c.Garam PengawetanJenis garam ini biasa ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu. Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran) bereaksi menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu. Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan dengan garam biasanya merupakan kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti fermentasi dan enzimatis. Contoh pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar (pickle), pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju.GARAM KONSUMSI BERYODIUM 1. Ruang Lingkup Standar ini meliputi ruang lingkup, acuan, defenisi, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan pengemasan untuk garam konsumsi beryodium. 2. Acuan - Kode Makanan Indonesia tahun 1979 - Australian Food Standard 2093-1997, Salt for use in the manufacture of dairy products. - British Standart 739, Analyst of sodium chloride for industrial use-part 1 Method for sodium chloride, 1990 - Australian Food Standards Code, Th 1992 3. Definisi Garam konsumsi beryodium adalah produk makanan yang komponen utamanya natrium klorida (NaCl) dengan penambahan kalium yodat (KIO3). 4. Syarat Mutu Syarat mutu garam beryodium sesuai dengan tabel sebagai berikut . TABEL SYARAT MUTU GARAM KONSUMSI BERYODIUM NO KRITERIA UJI SATUAN PERSYARATAN MUTU 1. 2. 3. 4. 4.1 4.2 4.3 5 . Kadar air (H2O) Jumlah klorida (Cl) Yodium dihitung sebagai kalium yodat (KIO3) Cemaran logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (Hg) Arsen (As) % (b/b) % (b/b) adbk mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks 7 Min 94,7 Min 30 Maks 10 Maks 10 Maks 0,1 Maks 0,1 5. Pengambilan Contoh Pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-0428-1998, petunjuk pengambilan contoh padatan. 6. Cara Uji 6.1 Persiapan contoh Persiapan contoh sesuai SNI 01-2891-1992, cara uji makanan dan minuman, butir 4 atau revisinya. SNI 01-3556-2000/Rev.9 6.2 Kadar air Cara uji kadar air sesuai SNI 01-2891-1992, cara uji makanan dan minuman, butir 5.1 atau revisinya. 6.3 Natrium Klorida (NaCl) 6.3.1 Prinsip Mereaksikan seluruh ion Cl yang terdapat dalam contoh dengan ion Ag+ dari larutan AgNO3 dengan petunjuk larutan kalium Kromat (K2CrO4), kemudian kadar NaCl dihitung dari jumlah Cl. 6.3.2 Peralatan. - neraca analitik - labu ukur - gelas piala - buret - pipet - erlemeyer 6.3.3 Pereaksi - larutan perak nitrat, AgNO3 0,1 N 17 gram AgNO3 dilarutkan dalam 1000 ml air suling - indikator kalium kromat, K2CrO4 5 % 5 gram K2CrO4 dilarutkan dalam 100 ml air suling - Magnesium oksida (MgO) atau natrium bikarbonat (NaHCO3) - Asam nitrat (1:1) - Larutkan satu bagian asam nitrat pekat kedalam satu bagian air suling 6.3.4 Cara kerja - timbang dengan teliti 50 gr cuplikan kedalam gelas piala 400 ml, tambah 200 ml air suling dan aduk sampai larut. - Saring larutan melalui kertas saring dan cuci dengan air suling samapi air sulingan bebas klorida - Tampung ait saringan dan cucian kedalam labu ukur 500 ml dan encerkan sampai tanda batas. - Pipet 2 ml larutan ke dalam erlemeyer 250 ml - Asamkan dengan beberapa tetes asam nitrat ( 1:1), sampai larutan bereaksi asam terhadap indikator merah metil - Netralkan dengan MgO atau (NaHCO3) - Encerkan dengan air suling samapi 100 ml - Titar dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai berwarna merah bata. 6.3.5 Perhitungan Kadar NaCl (adbb) = V x N x fp x 58,5 ------------------------ x 100% W Kadar NaCl (adbk) = kadar NaCl (adbb) x 100 ------------------ 100 – kadar air keterangan : V adalah volume AgNO3 yang diperlukan pada penitaran (ml) N adalah normalitas (AgNO3) SNI 01-3556-2000/Rev.9 fp adalah pengenceran W adalah bobot cuplikan (mg) adbb adalah atas dasar bahan basah adbk adalah atas dasar bahan kering 6.5 Kadar KIO3 cemaran logam (Pb, cu dan Hg) 6.5.1 Percobaan batas logam berat (semi kwantitatif) 6.5.1.1 Prinsip cemaran logam berat dengan Na2S dalam kondisi asam (pH 3-4) dapat memberikan warna, kemudian larutan contoh dibandingkan dengan larutan standar Pb (pembanding) dan warna larutan contoh tidak boleh lebih tua dari warna larutan standar (pembanding) 6.5.1.2 Peralatan Tabung nessler 6.5.1.3 Pereaksi a. Larutan timbal pembanding Larutkan 159,8 mg Timbal nitrat (PbNO3) dalam 10 ml Asam nitrat (HNO3) encer, encerkan dengan air suling secukupnya, masukan kedalam labu ukur 1000 ml dan encerkan dengan air suling hingga tanda tera (tiap 1 ml mengandung 0,1 mg Pb) b. Larutan timbal baku Pipet 10,0 ml larutan timbal persediaan kedalam labu ukur 100 ml encerkan dengan air suling hingga tanda tera. Tiap 1 ml larutan mengandung 10 mg Pb. Larutan baku timbal harus dibuat segar. Tiap 0,1 ml larutan baku timbal yang digunakan sebagai larutan pembanding untuk larutan 1 gram bahan yang diperiksa, setara dengan 1 mg/kg bahan yang diperiksa. c. Larutan Natrium sulfida (Na2S) Larutkan 5 g natrium sulfida dalam campuran 10 ml air suling dan 30 ml gliserol atau dapat dibuat sebagai berikut : larutkan 5 g Natrium hidroksida (NaOH) dalam campuran 30 ml air suling fan 90 ml gliserol. Jenuhkan setengah bagian volume larutan dengan gas hidrogen sulfida (H2S) sambil didinginkan dan kemudian campurkan sisa setengan bagian larutan. Simpan dalam botol kecil bersumbat kaca yang diisi penuh terkindung dari cahaya. d. Larutan Asam asetat (CH3COOH) encer Encerkan 35 ml asam asetat glasial dengan air suling hingga 100 ml, kemudian pipet 6 ml dan encerkan dengan air suling hingga 100 ml. e. Asam nitrat (HNO3) encer Encerkan 10,5 ml asam nitrat dengan air hingga 100 ml. 6.5.1.4 Cara kerja - larutkan 10 g contoh dengan ± 40 ml air suling dalam tabung Nessler 50 ml - Dalam tabung nessler yang lain pipet 1 ml larutan baku timbal, encerkan dengan ± 40 ml air suling (larutan pembanding) - Pada masing-masing tabung nessler tambahkan asam asetat encer atau amonia encer hingga pH 3-4 danencerkan dengan air suling hingga 50 ml kemudian tambahkan dua tetes larutan Natrium sulfida segar, campur dan biarkan selama 5 menit. - Letakan tabung nessler diatas dasar putih, amati dari atas, warna larutan percobaan harus tidak lebih tua dari warna larutan pembanding. SNI 01-3556-2000/Rev.9 Catatan : - apabila didalam pengujian percobaan batas logam berat menunjukan hasil dibawah standaar yang ditetapkan maka timbal (Ph) dan tembaga (Cu) dinyatakan kurang dari 10 ppm (< 10 ppm) - apabila menunjukan hasil diatas standar yang ditetapkan, maka cara uji timbal dan tembaga harus dilakukan dengan metoda Spectrofotometer serapan atom (AAS) . - untuk pengujian cemaran Hg, harus dilakukan dengan metoda Spectrofotometer serapan atom (AAS) 6.5.2 cara uji cemaran logam (Pb, Cu dan Hg) dengan metoda Spectrofotometer serapan atom (AAS) 6.5.2.1. cara uji cemaran logam (Pb) timbal a. Prinsip Analisa cemaran logam Pb dengan Spectrofotometer serapan atom berdasrkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berbeda paga tigkat tenaga dasar. b. Peralatan - labu ukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml - pipet 1 ml, 2 ml, 10 ml - buret 10 ml dengan ketelitian 0,1 ml - spectrofotometer serapan atom - penangas air - gelas piala c. Peraksi - HNO3 pekat - Air suling bebas logam - air suling yang telah mengalami dua kali penyulingan - larutan baku timbal 1000 mg/ml - larutan standar 0,2 mg/ml , 0,4 mg/ml, 0,6 mg/ml, 0,8 mg/ml, 1,0 mg/ml, 1,2 mg/ml Pipet 10 ml larutan baku timbal diatas masukan ke dalam labu ukur 100 ml tepatkan sampai tanda garis dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/liter) kocok 12 kali (100/mg/ml) Pipet 10 ml larutan baku timbal diatas masukan ke dalam labu ukur 100 ml tepatkan sampai tanda garis dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/liter) kocok 12 kali (10/mg/ml) Tuang larutanstandar 10 mg/ml yang telah tersedia kedalam mikro buret 10 ml alirkan kedalam 50 ml labu ukur masing-masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml, tepatkan sampai tanda garis dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/ liter) kocok 12 kali (10/mg/ml) d. Persiapan contoh Timbang dengan telilti 10 gram cuplikan kedalam gelas piala 400 ml dengan ± 100 ml air suling. Asamkan dengan HNO3 pekat sampai Ph < 2, masukan kedalam labu ukur 500 ml dan tepatkan dengan air sling dan kocok 12 kali. Contoh siap untuk diuji e. Cara kerja Periksa contoh pada alat AAS f. Perhitungan Kadar timbal dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : SNI 01-3556-2000/Rev.9 mg Pb / ml dari hasil kurva standar Kadar Pb (ppm) = ---------------------------------------------- x V m keterangan : V adalah volume M adalah bobot contoh dalam gram 6.5.2.2 Cara ujji cemaran logam Cu (tembaga) a. Prinsip Analisis cemran logan Cu dengan spectrofotometer serapan atom berdasrkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom –atom yang berbeda paada tingkat tenaga dasar. b. Peralatan - labu ukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml - pipet 1 ml, 2 ml, 10 ml - buret 10 ml dengan ketelitian 0,1 ml - spectrofotometer serapan atom - penangas air - gelas piala c. Pereaksi - HNO3 pekat - Air suling bebas logam - air suling yang telah mengalami dua kali penyulingan - larutan baku tembaga 1000 mg/ml - larutan standar 0,2 mg/ml , 0,4 mg/ml, 0,6 mg/ml, 0,8 mg/ml, 1,0 mg/ml, 1,2 mg/ml Pipet 10 ml larutan baku tembaga diatas masukan ke dalam labu ukur 100 ml tepatkan sampai tanda garis dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/liter) kocok 12 kali (100/mg/ml) Pipet 10 ml larutan 100 ug/ml masukan ke dalam labu ukur 100 ml tepatkan sampai tanda garis dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/liter) kocok 12 kali (10/mg/ml) Tuangkan larutan standar 10 mg/ml yang telah tersedia kedalam mikro buret 10 ml alirkan kedalam 50 ml labu ukur masing-masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml, tepatkan sampai tanda garis dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/ liter) kocok 12 kali (10/mg/ml) d. Pesiapan contoh Persiapan contoh sesuai dengan cara uji cemaran logam Pb butir 6.5.2.1 d e. Cara kerja Periksa contoh pada alat AAS f. Perhitungan Kadar tembaga dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : mg Cu / ml dari hasil kurva standar Kadar Cu (ppm) = ---------------------------------------------- x V m SNI 01-3556-2000/Rev.9 keterangan : V adalah volume M adalah bobot contoh dalam gram 6.5.2.3 Cara uji cemaran logam Hg (raksa) a. Prinsip Analisis cemaran logam Hg dengan spectrofotometer serapan atom berdasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berbeda-beda pada tingkat tenaga dasar b. Peralatan - spectrofotometer serapan atom (AAS) - labu ukur 100 ml, 1000 ml - erlenmeyer c. Pereaksi - HNO3 pekat , pa - Larutan Kalium permanganat, KMnO4 5 % Larutkan 50 gr KMnO4 5 % keddalam labu ukur 1 liter dengan air suling, encerkan dan imptkan sampai tanda garis - Larutkan Kalium persufat, K2S2O8 5% Larutkan 50 gr K2S2O8 dalam labu ukur 1 liter dengan air suling, encerkan dan impitkan sampai tanda garis - Larutan Natrium klorida hidroksil –amin sulfat, (NH2OH)2H2SO4 Larutkan 120 gr NaCl dan 120 gr ((NH2OH)2H2SO4 dalam labu ukur 1 liter dengan air suling , encerkan dan impitkan sampai tanda garis - Larutkan Timah klorida, SnCl2 10 % dalam larutan yang mengandung HCl Larutkan 100 gr SnCl2 dalam air suling yang mengandung 12,5 ml HCl dalam labu ukur 1 liter encerkan dan tepatkan sampai tanda garis - Asam sulfat pekat, H2SO4 - Air suling bebas logam - Air suling yang telah mengalami dua kali penyulingan - Larutan baku / stok raksa 1000 mg/l Larut 1,3540 gram HgCl2 dalam lebih kurang 700 ml air suling tambah 1,5 ml HNO3 pa dan encerkan sampai tepat 1 liter dengan air suling (1 ml = 1,00 mg Hg) - Larutan standar raksa Siapkan deret standar larutan raksa yang mengandung 0 samapi 5 ug/l Pengenceran yang cocok dengan air suling bebas logam yang mengandung HNO3 pekat (1,5 ml HNO3/liter) larutan standar harus selalu segar d. Persiapan contoh Persiapan contoh sesuai dengan cara uji cemaran logam Pb butir 6.5.2.1d e. Cara kerja Periksa contoh pada alat AAS Standarisasi - masukan 10 ml tiap-tiap larutan standar raksa yang mengandung 1,0, 2,0 dan 50,0 ug/l dan 10 ml air suling sebagai blanko ke dalam erlenmeyer 250 ml. - Tambahkan 5 ml H2SO4 pa dan 2,5 ml HNO3 kedalam tiap tiap labu - Tambahkan 15 ml larutan KMnO4 kedalam tiap-tiap labu dan biarkan paling sedikit 15 menit SNI 01-3556-2000/Rev.9 - Tambahkan 8 ml larutan K2S2O8 kedalam tiap labu dan panaskan selama 2 jam dalam penangas air pada suhu 95 0C - Dinginkan pada suhu ruang dan tambahkan 6 ml larutan (NH2OH)2H2SO4 untuk mengurangi kelebihan permanganat - Masukan 5 ml larutan SnCl2 kedalam tiap-tiap labu dan segera hubungkan labu dengan peralatan pemberi udara. - Plot antara konsntrasi dengan serapan Analisa - masukan 10 ml contoh yang mengandung tidak lebih dari 5,0 ug/l ke dalam labu reaksi - lakukan seperti cara kerja standarisasi f. Perhitungan Kadar raksa dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : mg As / 1 dari hasil kurva standar Hg (ppb) = ---------------------------------------------- x V m keterangan : V adalah volume pelarutan dalam ml M adalah bobot contoh dalam gram 6.6 Cara uji cemaran As (arsen) 6.6.1 Prinsip contoh didestruksi dengan asam menjadi larutan arsen. Larutan As5 di reduksi dengan Kl menjadi As3+ dan direaksikan dengan NaBH4 atau SnCl2 sehiingga terbentuk AsH3 yang kemudian dibaca dengan AAS pada panjang gelombang 193,7nm. 6.6.2 Pereaksi 6.6.2.1 Natrium borohidrida Larutkan 3 gram NaBH4 dan 3 gram NaOH dalam 500 ml air suling 6.6.2.2 Asam klorida 8 M Encerkan 66 ml HCl 37% hingga 100 ml dengan air suling 6.6.2.3 Timah klorida (SnCl2) 10 % timbang 50 gram SNCl22H2O kedalam piala gelas 200 ml. Tambahkan 100 ml HCl 37%. Panaskan hingga lautan jernih. Diinginkan kemudian tuang kedalam labu ukur 500 ml dan impitkan dengan air suling. 6.6.2.4 Kalium iodida 20% Timbang 20 gram Kl kedalam labu ukur 100 ml. Larutkan dan tepatkan dengan air suling (larutan harus dibuat langsung sebelum digunakan) 6.6.2.5 Larutkan 1,3203 gram As2O3 kering dalam sedikit NaOH 20% kemudian natralkan dengan HCl 1:3 atau HNO3. Masukan kedalam labu ukur 1 liter dan impitkan dengan air suling. 6.6.2.6 Larutan standar arsen 100 mg/l SNI 01-3556-2000/Rev.9 pipet 1 ml larutan standar 100mh/l kedalam labu ukur 100 ml dan impitkan dengan air suling 6.6.2.7 Larutan standar arsen 1 mg/l (1000 ppb) pipet 1 ml larutan standar 100mh/l kedalam labu ukur 100 ml dan impitkan dengan air suling 6.6.2.8 Larutan deret standar aarsen 10,20,30,40 dan 50 ppb Pipet 0,5, 1,0, 1,5, 2,0 dan 2,5 ml larutan standar arsen 1000 ppb kedalam labu ukur 50 ml dan masingmasing impitkan dengan air suling (larutan harus dibuat baru) 6.6.3 Peralatan - spectrofotometer serapan atom (AAS) - lampu arsen - generator (HVG atau sejenisnya) - tabung reaksi atau auto sampler 6.6.4 Persiapan contoh Persiapan contoh sesuai dengan cara uji cemaran logam Pb butir 6.5.2.1d 6.6.5 Cara kerja - hubungkan generator HVG atau sejenisnya pada AAS berikut kelengkapannya - nyalakan alat - atur kondisi alat sesuai dengan instruksi kerja alat - siapkan NaBH4 dan HCl dalam tempat yang sesuai dengan yang ditentukan oleh alat 6.6.6 Perhitungan Kadar arsen dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : mg As / 1 dari hasil kurva standar As (ppb) = ---------------------------------------------- x V m keterangan : V adalah volume pelarutan dalam ml M adalah bobot contoh dalam gram 7. Syarat lulus uji Produk dinyatakan lulus syarat uji apabila memenuhi syarat mutu butir 4 8. Syarat penandaan Syarat penandaan sesuai dengan UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan , UU No 7 tahun 1996 tentang pangan serta peraturan label dan periklanan yang berlaku 9. Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat tidak dipengaruhi dan tidak mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan serta sesuai peraturan perundang-undangan tentang tata cara pengemasan yang berlaku SNI 01-3556-2000/Rev.9 sumber http://disperindag.brebeskab.go.id/info_detail.phpid_info=50&jenis=AKRIDITASI&judul=SNI%20Garam%20Konsumsi%20ber-Yodium
Boraks
berasal dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti kristal lunak yang
mengandung unsur-unsur boron, berwarna dan larut dalam air. Boraks
merupakan kristal lunakdengan nama
kimia Natrium Tetrabonat ( Na2.B4O7.10H2O). Boraks
mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium
tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industri non pangan.
Karakteristik Boraks,
antara lain:
- berbentuk
kristal putih
- tidak berbau
- larut dalam air
- stabil pada suhu
serta tekanan normal
- Boraks dipasaran
terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air kl.
Boraks juga biasa
digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya industri kertas,
gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi kecoak, dan
mengurangi kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) atau yang
lazim kita kenal dengan nama Bleng.Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik
lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan
menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam
borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya,
larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal
sebagai boorwater.
Boraks
seringkali disalah gunakan dalam proses pembuatan bahan makanan, seperti
digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan bakso, nuget,
tahu, cenil, kecap,ketupat/lontong serta kerupuk. Bahkan yang lebih ironis, penggunaan
boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Padahal
pemerintah telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan
melalui SK Menteri Kesehatan RI No.733/Menkes/Per/IX/1988.
B.Dampak Negatif atau Bahaya Boraks (Bleng) dalam Makanan
Sudah
tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung
dicampur sebagai bahan pembuat makanan, salah satu zat yang sering
digunakan yaitu ‘Boraks’ atau ‘Bleng’. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk secara
langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap
dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks
akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks
tidak hanya diserap melalui pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan
menganggu enzim-enzim metabolisme.
Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain
sebagai berikut:
·Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
·Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan
batuk, efek pada sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang.
Aritmia berupa atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat
terjadi setelah pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
·Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan
gejala seperti orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
·Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut
nadi tidak beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan,
sianosis, kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada
bayi dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang
dewasa jarang terjadi.
Dalam
jumlah banyak boraks dapat menimbulkan keracunan kronis akibat tibunan
boraks, antara lain:
Mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat buruk terhadap
kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa
diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan
secara kumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).
Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat
badan (tikus). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa
menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan
lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam
tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa
terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.
C.Dampak Positif atau Manfaat Boraks
Telah
dibahas sebelumnya bahwa Boraks juga memilki dampak positif. Boraks bermanfaat
tentu saja selain makanan. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Mentri
Kesehatan yang telah melarang penggunaan Boraks bagi makanan. Boraks hanya
boleh digunakan pada selain makanan dan selain yang berhubungan dengan makanan
(gelas, piring, sendok, dlkl). Beberapa diantaranya dalam pembuatan bahan
material, pembuatan bahan bangunan, antiseptik, pembasmi serangga dll. Contoh
pemanfaatan boraks pada selain makanan:
-Salah satu bahan untuk membuat keramik
-Campuran membuat kertas
-Pembasmi kecoa
-Dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air
-dll.
Namun,
ada beberapa manfaat boraks dalam makanan antara lain :
-Memberi tekstur yang bagus dan memberi kesan menarik
-Mengawetkan makanan
-Mengenyalkan dan memberi rasa gurih
-dll
D.Cara Mengidentifikasi Boraks dalam Makanan Menurut
Ada
beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi
makanan yang mengandung boraks. Cara-cara yang dapat kita tempuh misalanya yang
paling mudah adalah dengan pengamatan fisik, adapun yang lebih meyakinkan yaitu
dengan pemeriksaan laboratorium, namun jika masyarakat awam terlalu asing
dengan laboratorium, maka ada cara mengidentifikasi yang lebih mudah yaitu
metode kunyit.
1.Identifikasi dengan pengamatan fisik
Dari
berbagai macam jenis makanan, ada beberapa makanan yang biasa dicampuri dengan
boraks baik dengan alasan untuk mengawetkan, maupun untuk kepentingan dagang,
serta dapat dengan mudah kita identifikasi menurut ciri fisiknya. Berikut
beberapa diantara makanan yang dapat kita identifikasi ada tidaknya boraks
dalam makanan menurut bentuk fisiknya :
-Ciri-ciri mie basah mengandung boraks:
Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
-Ciri-ciri bakso mengandung boraks:
teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging
namun lebih cenderung keputihan.
Seperti
dijelaskan di atas, sebagian bakso yang beredar di pasaran juga mengandung
boraks. Tetapi kita bisa membedakan antara bakso yang mengandung boraks atau
tidak. Bakso yang mengandung boraks lebih kenyal daripada bakso tanpa
boraks. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula. Ia juga tahan lama dan awet
hingga beberapa hari.
Warnanya
juga lebih putih. Berbeda dengan bakso tanpa boraks yang berwarna abu-abu dan
merata di semua bagian. Kalau masih ragu, coba lembar bakso ke lantai.
Apabila memantul seperti bola bekel, berarti bakso itu mengandung
boraks. Padahal pembuatan bakso tidak harus menggunakan berbagai bahan
kimia. Bakso dapat dihasilkan dengan baik tanpa menggunakan boraks. Kita
bisa menggunakan bahan pengawet yang lebih aman, seperti kalium karbonat,
natrium karbonat, karaginan, atau kalsium propionat.v
-Ciri-ciri jajanan (seperti lontong)
mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih
dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
-Ciri-ciri kerupuk/gendar mengandung boraks:
teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.
Dalam
bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700, dalam
bentuk air bleng. YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49
persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya
mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan
formalin secara bersama-sama!
YLKI
juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan. Padahal
Pemerintah telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan
melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.
Mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat buruk terhadap
kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif.
Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara akumulatif di dalam
hati, otak, dan testes (buah zakar).
Daya
toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosisi
tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah,
mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks
sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan
kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 gram atau
lebih.
2.Identifikasi dengan pemeriksaan laboratorium
Identifikasi Boraks di
laboratorium, ada 2 metode yang dapat digunakan :
1.Metode Nyala Api
®Alat :
-Cawan petri
-Pinset
- Korek Api
-Furnace
- Pipet Ukur
-Mortar dan Penggerus
- Kompor
®Bahan :
-H2SO4 10ml
-Metanol
2ml
-Air Kapur Jenuh
-Kertas Lakmus
®Cara
Kerja :
-Siapkan alat dan bahan.
-Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian timbang
sample sebanyak ± 3 gram sample.
-Masukkan kedalam cawan petri, dan atur pH dengan
menambahkan Air kapur jenuh hingga suasana menjadi asam, di ukur
dengan kertas lakmus.
-Setelah asam, kemudian masukkan cawan petri ke dalam
furnace.
-tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga
larutan menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan 10 ml Methanol
kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna hijau maka dinyatakan adanya asam
borat dan boraks
2.Metode Kertas Curcuma
®Alat
:
-Waterbath
- Mortar dan penggerus
-Kompor
- Pipet ukur
- Pemijar (Movel
Furnace)
- Rak Tabung Reaksi
-Cawan
Porselin
- Tabung Reaksi
-Corong
- Sendok
-Pengaduk
kaca
- Timbangan
®Bahan
:
-Kertas Saring
-Kertas Curcuma
-Amonia
-Sample makanan
-Air kapur jenuh
-Kertas lakmus
-HCl 10%
®Cara
Kerja :
1. Bahan makanan
atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya dihaluskan dulu) masukkan kedalam
cawan porselin.
2.
Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi biru).
3.
Isatkan dalam waterbath.
4.
Panaskan di atas kompor.
5.
Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :
6.
Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10% sampai
menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma ke dalam air
hasil saringan, jika kertas curcuma memerah kembali dengan asam tambahkan
amoniak menjadi hijau biru tua maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
3.Identifikasi dengan metode kunyit
Tentunya
tidak ada seorang pun yang akan mengonsumsi barang yang diketahui mengandung
zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara
mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan makanan. Kebanyakan masyarakat
mengira bahwa mendeteksi boraks harus di laboratorium sehingga memerlukan biaya
mahal. Hal ini membuat masyarakat malas menguji dan langsung mengonsumsi barang
yang dibeli. Padahal jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk
mendeteksi boraks, pasti masyarakat tidak akan kesulitan untuk melakukan
sendiri.
Salah
satu bahan alami yang berpotensi dapat digunakan untuk mendeteksi boraks adalah
kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dan bumbu dalam berbagai resep
makanan.
vCara mendeteksi boraks
dengan kunyit sangat mudah dan cepat.
I.Alat dan bahan
- kunyit,
-kertas saring,
-serta sedikit boraks sebagai kontrol positif
II.Cara Kerja
- Mula-mula, kita membuat kertas tumerik.
-Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang,
-kemudian menumbuk dan menyaringnya sehingga dihasilkan
cairan kunyit berwarna kuning.
-Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit
tersebut dan keringkan.
-Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
-Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol
positif dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang
berisi air dan aduk larutan boraks,
-teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
-Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang
dihasilkan tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif.
-Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air.
-Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut
pada kertas tumerik
- Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas
tumerik.
- Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik
kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
-Apabila tidak sama warnanya, berarti bahan makanan tersebut
tidak mengandung boraks.
Tanaman
kunyit banyak ditemui di pasar dan lingkungan sekitar kita sehingga dapat
dengan mudah didapat. Harga tanaman kunyit juga terjangkau sehingga dapat
dibeli oleh berbagai kalangan masyarakat dari kelas bawah hingga atas. Hal ini
menunjukkan bahwa kunyit merupakan detektor alami untuk boraks yang tepat.
Deteksi boraks bisa dimulai dari bahan makanan yang sering kita konsumsi.
Kewasapadaan kita terhadap boraks menentukan kualitas tubuh kita
shallom...tmen tmen...makasih ya udah mo buka blog q...
folloow q y,, n cpa yg pny tmen dr luar negri...srh bka blog q...hehehe
penting nih buat nilai...
n tnang ajah..blog q isiny g macem" ko...hehehe.
GBU